Ahmadinejad
Pribadinya
nya sederhana, bahkan terlalu sederhana.Sebuah sosok yang hanya
terlahir di sebuah gang buntu di kawasan udik sekitar 120 kilometer arah
tenggara Teheran. Dia lahir di lingkungan keluarga yang miskin, karena
ayahnya hanya seorang buruh pengrajin karpet.Rambutnya
selalu terlihat kusam seperti tidak pernah tersentuh kelembutan
shampo.Dengan sepatu yang telah usang, mirip dengan alas kaki tukang
sapu jalanan. Penampilan yang pas-pas an dibalut dengan kemeja lusuh
setiap hari. Tapi, siapa yang menyangka dialah seorang presiden Iran
yang bernama Mahmoud Ahmadinejad.
Namanya
telah bergaung di sentero dunia, bahkan Negara adidaya Amerika Serikat
pun segan dengan pribadi sederhana sang Presiden Iran itu. Dalam tempo
setahun sejak dia terpilih menjadi Presiden Iran, seluruh Rakyat Iran
menemukan sebuah sosok pemimpin yang bangga menyapu sendiri jalan-jalan
Kota Teheran, merasa lebih nyaman menyetir sendiri mobilnya ke kantor
dan memilih kerja hingga dini hari hanya untuk memastikan Negara Iran
ini lebih nyaman untuk ditinggali.
Ahmadinejad
mengawali karier politiknya menjadi seorang Walikota Teheran pada 3 Mei
2003. Sejak di menjabat banyak kebijakan-kebijakan tidak populer yang
diambilnya seperti menggelar pembagian sup gratis tiap pekan bagi
penduduk miskin, pemisahan lift bagi pria dan wanita, mengadakan
pinjaman lunak bagi keluarga muda, dan yang terbilang kontroversial
adalah keputusannya menjadikan rumah dinas Walikota Teheran sebagai
museum publik, kemudian dia sendiri memilih tinggal di rumah pribadi
sederhananya, keputusan kontroversial lainnya adalah larangan pemasangan
bill-board perusahaan asing.
Di
balik semua kebijakan kontroversialnya, Ahmadinejad menunjukan sosok
pemimpin yang pekerja keras. Dia sengaja memperpanjang jam kerjanya
sendiri dari pagi hingga menjelang maghrib, dan melanjutkan pekerjaanya
hingga jam 12 malam. Ahmadinejad memperpanjang jam kerjanya karena ingin
menyediakan waktu luang hingga 4 jam lebih untuk menerima siapa pun
warga kota yang ingin menyampaikan aspirasinya. Dia juga sukses
mengatasi masalah kemacetan yang luar biasa terjadi di Kota Teheran.
Maklum, Teheran merupakan kota Megapolitan sekelas London, yang tingkat
kemacetannya nomor dua di dunia setelah Meksiko.Di lingkungan kantor
walikota, namanya kerap menjadi perbincangan karena beberapa kali dia
mengenakan pakaian pembersih jalanan untuk menyapu jalan dan sering pula
dia turun dari mobil Peugeot butut keluaran tahun 70-an hanya untuk
membersihkan selokan yang mampet.
Menuju Pemilu Presiden Iran
Dengan
modal yang kecil dan popularitas nya yang paling rendah, dia berani
bertarung mencalonkan diri menjadi seorang presiden Iran pada tahun
2005. Bahkan karena keterbatasan dana, kubu Ahmadinejad tidak mencetak
poster, papan iklan, baliho, dan perangkat lainnya untuk kampanye
seperti calon presiden lain. Akhirnya kubu Ahmadinejad, hanya membuat
film dokumenter murahan yang digarap secara amatir tapi sarat dengan
sebuah nilai-nilai kesederhanaan. Tag line film tersebut adalah ”Kami
ingin melayani, bukan berkuasa”. Film tersebut juga memperlihatkan rumah
Ahmadinejad yang sangat sederhana yang berukuran sekitar 170 meter per
segi yang tampak kumuh yang dibandingkan dengan rumah dinas mantan
walikota Teheran sebelumnya yanag sangat mewah lengkap dengan perabot
Kristal, kolam renang ukuran besar, spa, dan sebagainya.Tampak juga,
Ahmadinejad yang sedang memarahi seorang kontraktor karena melakukan
pembengkakan biaya untuk membangun fasilitas publik.
Pada
masa kampanye di saat semua kandidat lain merogoh kocek dalam-dalam
untuk mencuri perhatian masa pemilih,kubu Ahmadinejad bahkan tidak
sanggup mencetak foto dan atribut sang calon presiden. Karena gaji
sebagai seorang walikota disumbangkan untuk rakyat kelas bawah di
selatan Teheran dan hidup hanya dengan gaji dosen.